Jakarta (JagatNU.com) – Lembaga Dakwah PBNU kembali gelar edisi kedua, NGIDE (Ngobrol Inspiratif Dakwah dan Edukasi) menghadirkan narasumber yang tidak kalah menarik dibanding edisi pertama dengan menghadirkan Ustadz Hanan Attaki sebagai narasumber, di edisi kedua kini menghadirkan Ketua LD PWNU DKI Jakarta dan juga Ketua LD PCNU Tangerang Selatan. Tema yang disampaikan pada edisi kedua ini kaitannya dengan Dakwah Di Kota Metropolis dan juga Membangun Da’i yang Moderat.
Edisi kedua yang dilaksanakan pada Selasa (13/06/23) kini juga dilaksanakan secara virtual via Zoom Meeting yang dimoderatori oleh Muhammad Sakhiri, SHI. yang memandu berjalannya kegiatan dari awal sampai akhir.
Dalam kegiatan ini KH. Ahmad Misbah selaku Ketua LD PCNU Tangerang Selatan menyampaikan materi tentang Membangun Eksistensi Dai Moderat, menurut beliau “seorang da’i bukan hanya yang berdakwah dengan bil qaul (perkataan) tapi juga berdakwah bil hal (tingkah laku) maksudnya kita harus mampu mencontohkan perilaku yang baik terhadap masyarakat dan mampu berbaur dengan kehidupan sosial”.
“Seorang dai harus ramah dan penuh dengan pengertian terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat karena kita dihadapkan dengan masyarakat yang berbeda-beda karakternya, sehingga kita harus mampu menumbuhkan rasa toleran dan moderat, ketika berbaur di lingkungan sekitar terutama ciri khas seorang dai NU adalah penyampain dan perilaku yang lemah lembut”. Imbuh beliau.
Dr. KH. Masruhin Abdul Majid selaku Ketua LD PWNU DKI Jakarta juga menyampaikan perihal Konsep Dakwah Metropolis yang memang kental dengan masyarakat perkotaan yang notabene lebih tertarik dengan dai yang sedang viral dibanding dai yang tampilannya lebih halus dan lemah lembut. Kata beliau “hidup dikota metropolitan kebanyakan masyarakat suka sama dai yang keras (dai yang suka menyampaikan dakwahnya dengan mencaci maki) dibandingkan dengan dai yang ngomongin perihal ibadah seperti shalat dan puasa”.
Beliau juga menambahkan “para pendakwah yang penyampaiannya dengan mencaci maki itu karena mereka kekurangan bahan dakwahnya karena mereka hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadis saja, sedangkan pendakwah dari kalangan NU itu berpedoman juga kepada Ijma’ dan Qiyas sehingga tidak kekurangan bahan dakwahnya, kalaupun kurang bahan para pendakwah NU pasti akan ada selingan sholawat/qosidah dalam metode dakwahnya”.
“Jangan pernah kita berhenti berdakwah, berbahagialah Ketika kita masih bisa berdakwah karena itu ladang kebaikan bagi kita, jangan menyampaikan hukum kalau audiennya tidak dapat menangkap pemahaman hukum itu serta jangan menyampaikan suatu hal yang belum kita ketahui”, pungkas beliau pada kegiatan kali ini.
Kontributor : Zainut Tholibin
Editor : Slamet Miftahul Abror