Jakarta (JagatNU.com) – Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) kembali menggelar pertemuan keempat bertajuk “Ngaji dan Temu Pegiat Dakwah Digital NU” yang menjadi bagian dari agenda Dakwah Sphere. Acara ini diselenggarakan pada Selasa, 22 April 2025 di Plaza Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, dan diikuti oleh para dai serta aktivis dakwah NU dari berbagai wilayah, baik secara langsung maupun daring melalui Zoom dan TVNU.
Dalam sambutannya, Ketua LD PBNU, Dr. KH. Abdullah Syamsul Arifin, MHI., menyampaikan bahwa silaturahmi yang terjalin malam itu adalah bagian dari silatul arwah wal ajsad dan silatul arham bidunil ajsad—istilah khas yang menggambarkan pertemuan jiwa dan raga, serta pertemuan ruhaniah secara virtual.
“Mudah-mudahan dengan silaturahmi ini terjadi silatul afkar, konsolidasi pemikiran, yang pada akhirnya melahirkan silatul af’al, yaitu gerakan nyata dalam melaksanakan amanah dakwah untuk menyebarluaskan ajaran Islam Ahlusunnah wal Jamaah An-Nahdliyah,” tutur Gus Aab.
Ia menegaskan pentingnya konsolidasi antar pegiat dakwah di seluruh tingkatan—baik LD PBNU pusat, wilayah, cabang, hingga perwakilan luar negeri.
“Kegiatan ini adalah bagian dari sembilan program unggulan LD PBNU yang bertujuan membangun ekosistem dakwah NU di era digital,” jelasnya.
Pertemuan ini menghadirkan tiga narasumber yang telah lama berkecimpung di dunia dakwah media, yakni Ustadz Hafidz Salim, Ibu Nyai Hj. Lulung Mumtazah, dan KH. Subki Albughury.
Ustadz Hafidz Salim, yang dikenal sebagai pendakwah sekaligus presenter program-program dakwah di televisi nasional, membagikan kisah perjalanannya dari dunia hiburan menuju dunia dakwah.
“Kita ini sedang menjalani skenario Allah. Maka tugas kita adalah memperbaiki setiap episode hidup dengan iman dan ilmu,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya menguatkan iman dan terus belajar sebagai jalan menuju kemuliaan, merujuk pada surah Al-Mujadilah ayat 11 yang menyebutkan keutamaan orang-orang beriman dan berilmu.

Narasumber berikutnya, Ibu Nyai Hj. Lulung Mumtazah, menyoroti pentingnya gaya dakwah yang menggembirakan dan relate dengan kehidupan sehari-hari.
“Ngaji harus happy. Karena dakwah yang menyenangkan akan lebih mudah diterima masyarakat,” ujarnya sambil mengutip QS Yunus: 58 tentang kegembiraan atas rahmat Allah.
Sementara itu, KH. Subki Albughury, yang dikenal sebagai juri Dai Aksi Indosiar, menyampaikan kisah inspiratif mengenai perjalanan hidupnya dalam dunia dakwah sejak tahun 1990. Ia menyoroti tantangan dakwah di era digital, termasuk fenomena misinformasi keagamaan di media sosial.
“Dakwah harus dibekali dengan hujah yang kuat dan dalil yang jelas. Kita tidak bisa hanya bereaksi secara emosional, tapi perlu strategi dakwah yang bijak dan sistematis,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kurikulum dakwah yang terstruktur dan penyederhanaan pemahaman akidah agar lebih mudah diterima tanpa mengurangi esensi kebenarannya.
KH. Subki menutup dengan refleksi tentang keberkahan jalan dakwah dan pentingnya mengambil peran secara serius dalam medan dakwah kontemporer. “Menjadi karyawan Allah adalah kemuliaan. Mari kita kuatkan barisan, saling menopang, dan bersama-sama menjemput syafaat melalui jalan dakwah,” ajaknya dengan penuh haru.

Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran bersama bagi para aktivis dakwah NU lintas daerah dan generasi. Melalui pertemuan ini, LD PBNU berharap terbangunnya sinergi ide dan gerakan yang akan memperkuat posisi dakwah Islam Ahlusunnah wal Jamaah An-Nahdliyah dalam menghadapi tantangan zaman digital.
Kontributor: Slamet Miftahul Abror