Mencetak Khatib Berkualitas: LD PBNU Gelar Standardisasi Kompetensi Angkatan ke-8

Jakarta (JagatNU.com) – Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) dan Lembaga Takmir Masjid (LTM PBNU) kembali menggelar program Standardisasi Kompetensi Imam dan Khatib Jumat Angkatan ke-8. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dakwah yang disampaikan oleh imam dan khatib, agar mereka lebih responsif terhadap perkembangan zaman serta mampu menyampaikan pesan dakwah yang lebih relevan dan bermanfaat bagi masyarakat. Acara ini diselenggarakan pada Minggu, (16/03/2025) di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta.

Dalam sambutannya, Sekretaris LD PBNU, KH. Nurul Badruttamam, MA, menjelaskan pentingnya program ini di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat.

“Di era yang semakin maju ini, kita harus menanggapi kebutuhan zaman dengan bijaksana. Oleh karena itu, standardisasi ini menjadi penting sebagai persyaratan administratif dan untuk menyatukan perspektif, acuan, dan standar yang sama dalam menyampaikan khutbah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ungkapnya.

KH. Ahmad Rosyidin, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU, menekankan pentingnya komunikasi dalam dakwah.

“Komunikasi adalah bagian penting untuk mempengaruhi orang lain, untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Seni berbicara di depan umum tentang suatu tema tertentu harus mampu mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberikan penjelasan, dan informasi,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan dakwah tidak hanya bergantung pada apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya dengan baik.

KH. Ahmad Rosyidin mengingatkan para peserta tentang pentingnya penyampaian pesan dakwah yang bermanfaat dan relevan dengan kondisi jamaah. Khatib harus memahami audiens, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, serta memberi contoh teladan yang baik. Selain itu, khatib juga harus mempersiapkan materi khutbah dengan matang.

Salah satu teknik yang diperkenalkan dalam program ini adalah metode C.I.A, yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dakwah. Metode ini terdiri dari tiga langkah utama: Cleansing, yang mengajak audiens untuk menyadari perilaku yang harus dihindari; Installing, yang mengajarkan nilai-nilai positif dan memberikan contoh teladan; dan Activating, yang mendorong jamaah untuk bertindak sesuai dengan nilai yang telah diajarkan, seperti bersikap tawadhu atau rendah hati.

Melalui pendekatan ini, dakwah diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menginspirasi perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari jamaah.

Dr. KH. Kholillurrahman, MA, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU, turut membahas berbagai masalah yang sering dihadapi oleh imam dan khatib dalam masyarakat. Ia mencatat beberapa problematika seperti kurangnya kualifikasi keilmuan, perbedaan mazhab yang sering memicu ketidakpuasan jamaah, hingga isu sosial dan politik yang dapat memperburuk situasi. Ia juga mengingatkan tentang pentingnya keterampilan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan khutbah.

Dengan diselenggarakannya Standardisasi Kompetensi Imam dan Khatib Jumat Angkatan ke-8 ini, LD PBNU berharap dapat terus meningkatkan kualitas dakwah di masjid-masjid Indonesia, dengan mencetak imam dan khatib yang lebih berkompeten dalam menyampaikan pesan agama yang sejuk, mendidik, dan relevan dengan tantangan zaman.

Media Sosial

Terpopuler

Artikel terkait