Aceh Selatan (JagatNU.com) – Tengku Misbar Basri, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Aceh Selatan, menjadi narasumber dalam acara pelatihan literasi digital yang diadakan di gedung Aula Dinas Pariwisata Aceh Selatan.
Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Dakwah PBNU dan Kementerian Kominfo RI yang bertujuan untuk memanfaatkan Literasi Digital sebagai wahana Dakwah Islam Ahlussunnah Waljamaah dan memperkuat nasionalisme serta kebangsaan dalam era digital.
Kegiatan ini juga membekali public speaking para dai-daiyah, baik saat di panggung offline maupun saat di mimbar online. Acara yang berlangsung dari jam 09.00 wib sampai dengan jam 16.00 WIB itu diikuti oleh delapan puluh lima peserta Dai – Daiyah Se-Aceh Selatan pada Sabtu, (27/5/2023).
Dalam sesi pertama, Tengku Misbar Basri memberikan materi mengenai pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran Aswaja NU sebagai landasan membangun digital culture kebangsaan yang kuat.
“Nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan persatuan yang menjadi pijakan dalam ajaran Aswaja NU. Pemahaman ini dianggap penting dalam menjaga kerukunan umat beragama dan memerangi radikalisme yang dapat mengancam persatuan bangsa,” tuturnya.
“Saat ini, dunia digital memberikan tantangan baru bagi para dai-daiyah dalam menyebarkan pesan-pesan kebangsaan. Oleh karena itu, pemahaman yang kuat terhadap ajaran Aswaja NU menjadi landasan yang kokoh dalam menghadapinya. Kita perlu menjaga nilai-nilai kebangsaan, merawat persatuan, dan mempromosikan toleransi di dunia maya,” tambah Tengku Misbar Basri.
Selanjutnya, narasumber kedua, Rulia Hanifah, seorang psikolog, memberikan materi tentang psikologi berdigital dan bermedsos. Dalam sesi presentasinya, Rulia menjelaskan bahwa literasi digital tidak hanya melibatkan pemahaman teknis tentang penggunaan media sosial, tetapi juga memerlukan pemahaman psikologis yang kuat.
“Hal ini untuk membangun digital ethic pada seluruh pengguna media digital. Ia berharap media sosial dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental individu dan masyarakat secara keseluruhan,” ujar Rulia.
Rulia, memberikan strategi untuk membangun kesehatan mental dalam lingkungan media digital. Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya memilih diksi atau kata setiap yang akan diucapkan. Sesungguhnya kata kalimat itu lebih tajam dari pedang, maka sebagai dai-daiyah harus memperkaya bacaan sehingga dapat kaya kosa kata untuk suksesi dakwahnya. Selain itu, Rulia juga memberikan tips dalam menghadapi konten negatif, hoax, dan kebencian yang sering muncul di dunia maya.
Acara ini juga dimeriahkan dengan kehadiran pemateri ketiga, Herry Setiawan, seorang dosen kampus swasta di Aceh Selatan yang menyampaikan pentingnya mengenal platform digital untuk pengembangan dakwah. Dalam presentasinya, Herry menjelaskan berbagai platform digital yang dapat dimanfaatkan oleh para dai-daiyah untuk menyebarkan pesan agama dengan lebih efektif dan efisien.
“Terkait digital skill dan Digital safety dengan memberikan tips praktis dalam penggunaan platform digital terutama dalam penggunaan Facebook, youtube, Instagram dan Tiktok yang merupakan platform populer di kalangan masyarakat saat ini,” tutur Harry.
Harry memberikan penjelasan secara komprehensif mengenai keempat platform tersebut, meliputi: Pertama, Facebook: Ia menjelaskan bahwa Facebook salah satu platform media sosial dengan jumlah pengguna terbesar di dunia. ia memaparkan cara membuat akun Facebook, mengelola privasi dan keamanan, serta strategi dalam menggunakan Facebook sebagai alat dakwah yang efektif. Ia juga membahas tentang fitur-fitur seperti postingan, berbagi artikel, membuat grup, dan berinteraksi dengan komunitas yang relevan.
Kedua, Instagram: Harry menjelaskan bahwa Instagram adalah platform media sosial berbasis gambar dan video yang sangat populer, terutama di kalangan muda. Ia memberikan panduan langkah demi langkah dalam membuat akun Instagram dan mengelola profil dengan baik. Selain itu, ia juga memberikan tips tentang cara memposting foto dan video yang menarik, menggunakan hashtag dengan bijak, serta menjaga interaksi positif dengan pengikut.
Ketiga, YouTube: Sebagai platform berbagi video terbesar di dunia, Harry menjelaskan bagaimana para dai-daiyah dapat memanfaatkan YouTube untuk menyebarkan pesan agama dan dakwah. Ia memberikan panduan tentang membuat channel YouTube, mengunggah dan mengedit video dengan baik, serta strategi dalam membangun audiens yang lebih besar. Harry juga membahas tentang monetisasi dan penggunaan fitur-fitur promosi di YouTube.
Keempat, TikTok: Sebagai salah satu platform media sosial yang sedang trend, Harri menjelaskan pentingnya memahami cara menggunakan TikTok dengan efektif. Ia menjelaskan tentang membuat akun TikTok, mengedit video dengan fitur yang tersedia, dan memanfaatkan tren serta hashtag untuk meningkatkan jangkauan konten. Harry juga mengingatkan peserta pelatihan tentang pentingnya menjaga etika dan kesopanan dalam mengunggah konten di TikTok.
Selama penjelasan, Harri Setiawan memberikan contoh-contoh konkret tentang cara menggunakan media sosial tersebut untuk kegiatan dakwah dan menyebarkan pesan agama. Ia memberikan strategi praktis tentang bagaimana membangun audiens yang lebih besar, meningkatkan interaksi, serta mempromosikan konten yang relevan dan bermanfaat.
Peserta pelatihan sangat antusias dalam sesi ini, karena mereka menyadari bahwa media sosial adalah sarana yang efektif dalam menyebarkan pesan agama kepada masyarakat luas. Dengan pemahaman yang baik tentang penggunaan Facebook, Instagram, YouTube, dan TikTok, para dai-daiyah diharapkan dapat memanfaatkan platform-platform ini dengan lebih baik dalam misi dakwah dan membawa manfaat positif bagi umat dan masyarakat secara umum.
Acara pelatihan literasi digital ini dihadiri oleh komunitas dakwah aswaja NU di berbagai tingkatan dari seluruh Aceh Selatan. Para peserta sangat antusias mengikuti materi yang disampaikan oleh Tengku Misbar Basri, Rulia Hanifah, dan Herry Setiawan. Peserta menyadari pentingnya peningkatan pemahaman agama untuk penguatan nasionalisme dan kebangsaan dengan memanfaatkan teknologi Literasi Digital, serta pemahaman psikologis dalam era digital yang terus berkembang.
Di tempat terpisah JagatNU.com menghubungi Achmad Ikrom, Koordinator Pendidikan dan Pelatihan Dakwah LD PBNU mengatakan bahwa Acara Literasi Digital sengaja di sebar ke seluruh pelosok wilayah dan daerah agar ada percepatan pemahaman yang sama dalam pemanfaatan media digital. “Jika bangsa ini ingin maju maka segera cerdaskan seluruh warganya baik yang di perkotaan maupun di pedesaan,” imbuhnya.
Kontributor: Vidiana Tasya Sabilla