Perjuangkan Perdamaian di Akar Rumput, Alissa Wahid Raih Penghargaan dari Jepang

Alissa Wahid

Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Wahid, mendapat penghargaan internasional The Niwano Peace Prize Visionary Award (NPPVA). Penghargaan dan penghormatan ini diberikan kepada individu dan organisasi yang telah menunjukkan kiprah prestasi luar biasa dalam memperjuangkan masyarakat yang damai dan harmonis. Namun dinilai memiliki potensi pengembangan khidmat lebih besar di masa depan.

“Penghargaan ini merupakan hasil dari kerja keras semua pihak yang terlibat dalam kerja-kerja GUSDURian,” ujar Alissa dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (29/10).

Niwano Peace Foundation (NPF) adalah organisasi Jepang yang berfokus pada perdamaian dunia. Saat ini NPF diketuai Hiroshi Niwano dengan Nichiko Niwano sebagai presiden kehormatan. Penghargaan ini pertama kali diberikan oleh Niwano Peace Foundation setelah sejak 1983 memberikan anugrah Niwano Peace Prize.  NPP beriktikad memupuk potensi upaya perdamaian yang otentik dan berakar dalam masyarakat, serta mengatasi masalah-masalah spesifik yang erat dalam kehidupan masyarakat. Ada tiga tokoh yang mendapat NPPVA yang pertama kali ini, yaitu Alissa Wahid (Indonesia), Ruki Fernando (Sri Lanka), dan Jennifer Liang (India).

Alissa Wahid merupakan putri sulung Abdurrahman Wahid, Presiden keempat Indonesia. Ia mendirikan Jaringan GUSDURian untuk melanjutkan perjuangan ayahnya dalam menyebarkan Islam moderat dan Islam yang toleran di Indonesia. Niwano menganggap Alissa berhasil mewujudkan kemanusiaan Islam dalam aktivisme sosialnya, dan mengembangkannya menjadi gerakan nasional dengan membela hak-hak minoritas yang menjadi sasaran persekusi dan penindasan oleh kelompok ekstremis. 

Niwano juga menyoroti aktivitas Alissa dalam mendampingi petani yang tanah dan lingkungan hidupnya dirampas dan dirusak oleh korporasi. Sejak beberapa tahun terakhir, ia menjadi salah satu tokoh yang begitu vokal menyuarakan penolakan terhadap perusakan lingkungan.  Alissa mendampingi warga Kendeng, Jawa Tengah, mengadvokasi kriminalisasi aktivis lingkungan di Kendal, membela Salim Kancil, serta kebersamaan dengan warga Kulonprogo dan Wadas yang mengalami konflik agraria dan perampasan ruang hidup. Ia menyebut bahwa tanpa dukungan dari para GUSDURian dan jejaringnya, kerja-kerja kemanusiaan ini tidak akan bisa berdampak luas.

Alissa secara khusus berterima kasih kepada para penggerak jaringan GUSDURian yang saat ini jumlahnya sangat besar, ada 155 komunitas di seluruh belahan dunia.

“Ini adalah hadiah Jaringan GUSDURian setelah menyelenggarakan temu nasional di Surabaya beberapa waktu lalu,” pungkas Alissa.

Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Abdullah Syamsul Arifin, menyampaikan selamat atas prestasi yang diraih Alissa Wahid.

“Tentu ini prestasi yang harus dibanggakan dan menjadi inspirasi bagi pegiat dakwah NU untuk menyebarkan perdamaian bagi umat, bangsa, dan dunia,” tutur Gus Aab.

Sementara itu Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU, Nurul Badruttamam, menyambut penghargaan yang diterima Alissa Wahid ini adalah pemicu untuk kalangan NU terus aktif berkontribusi dalam menjaga perdamaian dunia.
“Prinsip dakwah NU adalah dakwah yang ramah dan mengedepankan perdamaian sebagaimana semangat Islam yang rahmatan lil alamin”, tutupnya.

AA


Media Sosial

Terpopuler

Artikel terkait

Lembaga Dakwah PBNU Ingatkan Etika Dakwah, Dakwah Itu Mengajak, Bukan Mengejek

KH. Nurul Badruttamam mengingatkan bahwa ceramah, baik yang disampaikan langsung maupun melalui platform media sosial, harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dalam menyampaikan materi dakwah, penting untuk tidak terjebak dalam reaksi spontan yang dapat merugikan citra diri atau lembaga. Fokuslah pada materi yang telah disiapkan sebelumnya dan hindari pengaruh emosi atau masalah pribadi.