Pelita di Ujung Negeri: Dakwah di Pesantren Al-Barokah Dharmasraya

Di tengah lebatnya perkebunan sawit dan aliran sungai yang mengalir membelah wilayah timur bumi Minangkabau, berdiri sebuah lembaga sederhana namun sarat dengan harapan: Pondok Pesantren Al-Barokah, Dharmasraya. Meski namanya mungkin belum banyak dikenal oleh khalayak luas, bagi masyarakat sekitar, pondok ini menjadi secercah cahaya di tengah keterbatasan akses terhadap pendidikan agama.

Menempuh perjalanan menuju pondok ini bukanlah hal yang mudah. Minimnya transportasi umum, kondisi jalan yang rusak, serta sulitnya akses sinyal komunikasi sudah menjadi bagian dari rutinitas di sana. Namun, justru di tempat seperti inilah dakwah menemukan makna terdalamnya—hadir di wilayah yang jauh dari perhatian, tetapi sangat membutuhkan sentuhan keagamaan.

Dengan langkah sederhana dan niat tulus, saya pertama kali menginjakkan kaki di Dharmasraya. Kedatangan saya disambut hangat oleh para santri yang menyimpan segunung harapan. Bagi masyarakat di pelosok Dharmasraya, Pesantren Al-Barokah bukan hanya sekadar tempat menuntut ilmu, tetapi menjadi satu-satunya wadah bagi mereka untuk membekali anak-anak dengan pengetahuan agama, bacaan Al-Qur’an, serta pendidikan akhlak yang luhur.

Jumlah sekolah Islam di daerah ini sangat terbatas, sementara jarak menuju pusat kota begitu jauh. Oleh sebab itu, pesantren ini menjadi sandaran utama, bahkan sering kali dipandang sebagai pilihan antara urusan dunia dan keselamatan akhirat.

Minat generasi muda untuk memperdalam ilmu agama di pondok pesantren masih sangat rendah. Ada di antara mereka yang datang diantar oleh ayahnya, seorang petani sederhana, sambil berpesan, “Ustadz, tolong didik anak saya agar menjadi pribadi yang baik, bisa memimpin sholat, membaca tahlil dan do’a, serta mengurus jenazah. Itu saja sudah cukup bagi kami.”

Ucapan yang tampak sederhana itu justru menjadi cambuk bagi kami para pendidik, menyadarkan bahwa tugas kami bukan hanya sekadar mengajar, tetapi membentuk pribadi dan karakter manusia seutuhnya.

Aktivitas dakwah di tanah Minangkabau, khususnya di Pondok Pesantren Al-Barokah, dilakukan melalui pembinaan agama yang intensif, meliputi:

  • Al-Qur’an: Pembelajaran membaca, perbaikan bacaan (tahsin), hingga hafalan (tahfidz).
  • Kitab Kuning: Kajian fikih, sejarah Islam, akidah dan akhlak, tata bahasa Arab (nahwu-sharaf), bahasa Arab praktis, serta imla (latihan menulis Arab).
  • Sholat Berjamaah dan Dzikir: Untuk melatih kedisiplinan dan memperkuat spiritualitas santri.
  • Pelatihan Ceramah: Membentuk keberanian dan kemampuan berdakwah secara lisan.
  • Tarbiyah Akhlaq dan Kemandirian: Lewat kegiatan harian seperti piket, kebersihan, dan gotong royong.

Kami meyakini bahwa membimbing satu anak di pelosok mampu membawa cahaya bagi seluruh kampungnya. Keyakinan itu pun telah terbukti; sebagian alumni sudah berperan aktif di daerah asal mereka. Ada yang menjadi imam, guru mengaji, bahkan mendirikan surau-surau sederhana di dusun-dusun terpencil yang sebelumnya belum tersentuh dakwah. Tentu semua ini bukan hal yang mudah.

Keterbatasan sarana dan prasarana, kekurangan kitab-kitab pelajaran, pembangunan masjid yang belum rampung, hingga minimnya jumlah tenaga pengajar menjadi bagian dari tantangan dakwah yang harus dihadapi. Namun di balik semua keterbatasan itu, tersimpan ketulusan dan semangat luar biasa dari para santri, orang tua mereka, serta masyarakat sekitar.

Mereka dengan ikhlas menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu pembangunan fasilitas, bahkan tak segan berbagi hasil kebun demi memenuhi kebutuhan para santri. Di sinilah terlihat jelas bahwa dakwah adalah tanggung jawab kolektif, sebuah kerja bersama, bukan perjuangan yang ditanggung sendirian.

Pondok Pesantren Al-Barokah kini terus berkembang, perlahan namun pasti. Jumlah santri semakin bertambah, semangat mereka dalam belajar kian meningkat, berbagai program mulai tertata dengan lebih baik, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan Islam pun semakin kuat. Meski begitu, tantangan besar masih menghadang.

Pesantren ini masih sangat memerlukan:

  • Fasilitas perpustakaan beserta kitab-kitab pelajaran
  • Akses air bersih dan sarana sanitasi yang memadai

Dakwah tidak selalu identik dengan mimbar megah atau panggung besar. Di daerah terpencil seperti Dharmasraya, dakwah justru hadir dalam wujud kesabaran: mengajari anak-anak, membenarkan tata cara wudhu mereka, melatih mereka menjadi imam, serta menanamkan akidah yang lurus dan benar sejak dini.

Pondok Pesantren Al-Barokah adalah contoh nyata bahwa di tempat yang jauh, Islam masih dicintai dan diperjuangkan.

“Barang siapa memudahkan urusan orang lain dalam urusan dunia, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)

Semoga dakwah ini terus hidup dan Allah jadikan setiap huruf yang diajarkan sebagai cahaya bagi negeri.
.اللهم اجعلنا من عبادك الذين يخدمون دينك بإخالص، وال تجعلنا من الغافلين

Kontributor: Muhammad Idha Fadillah (Dai Nusantara Angkatan ke-2)

Editor: Slamet Miftahul Abror

Media Sosial

Terpopuler

Artikel terkait