Jakarta (JagatNU.com) – Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) kembali menyelenggarakan pertemuan keenam “Dakwah Sphere” dengan tajuk “Ngaji dan Temu Pegiat Dakwah Digital NU”. Acara yang digelar pada Selasa, 17 Juni 2025, di Plaza Gedung PBNU ini menyoroti tantangan dakwah di lingkungan akademis dan mendalami kembali urgensi keikhlasan serta keteguhan hati bagi para dai dalam menjalankan amanah mulia.
Dalam sambutannya, Ketua LD PBNU, Dr. KH. Abdullah Syamsul Arifin, MHI., mengingatkan bahwa aktivitas dakwah adalah seruan untuk menjadi khaira ummah (umat terbaik) sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 110. Menurutnya, peran ini menuntut kesabaran, ketabahan, dan kekuatan mental dalam menghadapi berbagai rintangan.
“Risiko dalam menyampaikan kebaikan adalah agar kita tetap konsisten dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, meskipun itu berat. Sebagaimana sabda Rasulullah, ‘Qulil haqqo walau kaana mur’an katakanlah kebenaran itu walaupun pahit,” tegas Gus Aab.
Beliau juga menggarisbawahi pentingnya menjaga keikhlasan. Mengutip nasihat Imam Al-Ghazali, Gus Aab mengajak para dai untuk memandang audiens ‘kal jamadat’ (seperti benda mati), bukan untuk tidak menghargai, tetapi agar tidak terpengaruh oleh pujian atau cacian. “Cukuplah mencari rida Allah, karena rida dari manusia adalah sesuatu yang tidak akan bisa digapai, sementara rida Allah adalah hal yang tidak boleh untuk ditinggal,” pesannya.
Sesi sharing pertama menghadirkan Dr. KH. Mulawarman Hannase, M.Hum., Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Masjid Istiqlal sekaligus dosen di Universitas Indonesia (UI). Beliau memaparkan temuan yang mengkhawatirkan dari pengalamannya mengajar di kampus.
“Dua minggu yang lalu saya tes mengaji mahasiswa saya di UI, dan alhamdulillah 80% tidak bisa ngaji dengan lancar. Fenomena serupa terjadi di UNJ. Ini adalah medan dakwah terjal yang harus kita garap,” ungkapnya.
KH. Mulawarman menyoroti kekosongan dakwah Ahlusunnah wal Jamaah di kampus yang seringkali diisi oleh kelompok lain. Ia menegaskan bahwa dakwah saat ini tidak cukup hanya dengan ceramah, tetapi harus menyentuh “dakwah literasi,” yaitu mengajarkan kemampuan dasar membaca Al-Qur’an. Ia pun secara terbuka mengundang LD PBNU untuk bersinergi dan memanfaatkan Masjid UI Salemba sebagai basis kegiatan dakwah di lingkungan kampus.
Narasumber kedua, KH. Taufiqurrahman, SQ., yang akrab disapa Ustadz Pantun, memberikan motivasi dengan gaya khasnya yang energik. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizh Darut Taufiq Ar-Rahman ini menekankan dua prinsip utama: jangan pernah berhenti belajar dan raihlah keberkahan melalui khidmah (wal barokatu bil khidmati).
“Jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang ada. Lautan pun tak akan cukup untuk menulis kalimat-kalimat Allah,” ujarnya, mengutip Surah Al-Kahfi ayat 109.
Untuk menunjukkan pentingnya sanad keilmuan dan tawasul, Ustadz Pantun dengan fasih melantunkan silsilah keilmuan Imam Syafi’i hingga Nabi Adam dan sanad keilmuan Aswaja dari Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari hingga Rasulullah SAW. Menurutnya, inilah “dapur perusahaan” yang menjadi sumber kekuatan dan keberkahan para dai NU.
“Ini adalah bukti bahwa kita tidak pernah putus hubungan dengan para guru. Keberkahan itu datang dari khidmah dan menjaga sanad. Istiqamah dalam jalan ini akan mendatangkan pertolongan Allah di dunia dan akhirat,” jelasnya sebelum menutup sesi dengan pantun khasnya.
Pertemuan Dakwah Sphere kali ini menjadi wadah strategis bagi para pegiat dakwah NU untuk merefleksikan kembali tantangan zaman, memperkuat fondasi spiritual, dan merumuskan langkah-langkah konkret dalam memperluas medan dakwah, khususnya di kalangan akademisi dan generasi muda.