Bekasi – (JagatNU.com) – Kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah Professional Angkatan ke-V kembali digelar oleh Lembaga Dakwah PBNU yang menggandeng Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan UIN Sunan Gung Djati Bandung pada angkatan kali ini yang akan berlangsung selama sepuluh hari kedepan.
Peserta Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah Profesional perlu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman fiqih yang menyeluruh dan relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat, Ajam Mustajam, saat secara resmi membuka kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah Profesional di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (27/9/2024).
“Pengetahuan tentang fiqih harus disertai dengan syarah kitabnya,” ujarnya dalam acara yang merupakan kerja sama antara Kanwil Kemenag Jawa Barat, Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.
Pemahaman yang mendalam dengan syarah kitab serta keberagaman fiqih, lanjutnya, akan membuat pembimbing lebih bijaksana. Menurutnya, penyampaian khilafiyah di antara berbagai mazhab penting dilakukan, mengingat tingkat heterogenitas jamaah haji yang tinggi.
“Saat kita memberikan bimbingan manasik haji hanya menyampaikan pemahaman Syafii, sementara jamaah mendapatkan pemahaman lain, hal ini dapat membingungkan. Agar tidak terjadi kebingungan, sampaikan semuanya,” kata Ajam Mustajam.
Ia juga mengimbau para asesor dan narasumber untuk memberikan pemahaman mengenai fiqih kontemporer kepada para peserta. Sebab, menurutnya, kebijakan terkait pelaksanaan murur diambil lima hari sebelum hari H pelaksanaan.
“Harus menggunakan fiqih kontemporer, jangan hanya satu mazhab saja. Ketika ada persoalan di lapangan, perlu dipahami mana yang harus digunakan,” tegasnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan para peserta untuk terus memperkaya ilmu dengan menyadari banyaknya kekurangan yang dimiliki dan banyak hal yang belum dipahami.
“Mengejar selembar sertifikat dapat dilakukan di mana saja, tetapi mencari ilmu tidak semudah itu,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris LD PBNU KH Nurul Badruttamam menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya bersama dalam memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah haji. Hal ini dilakukan sejak dini, jauh sebelum pelaksanaan haji, sebagai bagian dari upaya optimalisasi layanan bimbingan bagi jamaah.
“Optimalisasi bimbingan jamaah haji Indonesia sejak dini,” katanya.
Ia menambahkan bahwa tingkat kepuasan jamaah haji Indonesia, berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 88,20 persen.
Senada dengan hal tersebut, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, Mukhlis Aliyudin, menekankan pentingnya pembinaan ini karena berkaitan langsung dengan jamaah. Hal ini, menurutnya, juga berimplikasi pada upaya untuk mewujudkan kemandirian jamaah.
“Kualitas layanan bimbingan haji sangat tergantung pada keberadaan pembimbing yang kompeten dan memenuhi standar kompetensi penilaian proses bimbingan haji profesional,” ungkapnya di hadapan 150 peserta.