Stasiun Taipei Tempat Merajut Silaturahmi Para Pekerja Migran Indonesia I Cerita Dai Internasional Taiwan

Taipei (JagatNU.com) – Semenjak langkah kakiku menginjak tanah Formosa, fikiranku sudah mulai meraba bagaiamana aku mendapatkan informasi tentang fasilitas umum dan migran, penasarannya dengan kehidupan para pekerja migran Indonesia, saat setelah dari bandara Taipei aku diantar ke Kantor Sekretariat PCINU Taiwan yang lokasinya persis di pusat kota dan jalur exit stasiun Taipei.

Perjalanan tersebut aku melihat ramainya kumpulan manusia berlalu lalang dibawah tanah, nah satu moment jalan langkah kakiku merasa diatasnya, aku bertanya pada sahabat-sahabat yang mengantarkanku, mengapa kita jalan dari bandara dan disepanjang stasiun terasa kadang diatas dan dibawah tanah? jawabanya: Kota Taipei ini sebagian besar membangun infrastrukturnya dibawah tanah, maka kerap dijuluki kota bawah tanah. (keterangan salah satu pengurus yang mengantarkanku). Jawaban tersebut membuat aku mulai menambah rasa ingin taunya, dan aku masih berharap, next rasa ingin tauku dan informasi tentang kota bawah tanah ada relasinya dengan kehidupan para migran di bumi Formosa.

Satu dua hari aku melewatinya dengan beberapa kegiatan yang cukup padat mulai dari silaturrahim dengan pengurus PCINU dan segenap jajarannya, mulai dari banom hingga sampai ranting, buka puasa bersama sholaat tarawih dan seterusnya, kemudian aku dan para da’i diantarkan oleh pengurus PCINU mulai dari Rois Syuriah Kyai Imron, Ketua Tanfidiyah PCINU Mas Kyai Didik Purwanto dan segenap jajarannya untuk disowankan kepada Kepala Kantor Dagang Ekonomi Indonesia yaitu Pak Iqbal, tentu banyak hal yang dibicarakan, mulai dari pengenelan para dai hingga diskusi penguatan sinergitas antar lembaga yakni antara PCINU Taiwan dengan KDEI dapat semakin berjalan secara kolaboratif dan efektif untuk kemaslahatan warga Indonesia yang tinggal di negeri Formosa.

Berlanjutlah petualangan alam fikiranku tentang rasa ingin tauku lebih dalam tentang para migran di Taipei, akhirnya aku minta tolong salah satu pengurus PCINU untuk mengantarkanku berjalan menyusuri Stasiun Taipei untuk mengetahui ada apa saja di tempat ini dan ada relasai apa dengan para migran? Akhirnya aku dapat mulai menyusuri Stasiun Taipei dimulai dari pintu masuk arah timur, awal masuk aku sudah disuguhi oleh varian makanan, minuman, dan barang-barang persis banget seperti di Mall jika di Indonesia, dimulai dari atas sampai bawah tanah semua hampir dihiasi oleh café, restoran dan mall atau pusat belanja. 

Sebelumnya aku ingin memberikan informasi tentang peta Stasiun Taipei, stasiun ini berada di Zhongzheng Distrik Taipei, sebagai pusat transportasi utama Kota Taipei Republik Tiongkok, gabungan dari tiga jalur kereta, yaitu kereta api Taiwan, kereta api cepat Taiwan, serta MRT bawah tanah Taiwan hingga jalur ke bandara. Tidak berhenti hanya di kereta api saja ternyata juga transportasi bus lokal, bus jarak jauh, hingga bus wisata, jadi bisa dikatakan stasin Taipei adalah jantungnya transportasi di bumi Formosa ini, stasiun ini terletak di Kawasan komersial yang cukup padat dengan tempat perkantoran dan perbelanjaan. 

Stasiun Taipei berdiri pada tahun 1891 pusat administratif juga berdiri disini beriringan dengan masuknya MRT. Angka penumpang setiap harinya rata-rata sampai menyentuk angka hampir satu juta manusia memanfaatkan mode fasilitas transportasi publik ini, dan masuk diperingkat ke 25 dunia, kerena hampir separo lebih Masyarakat disni melakukan aktifitasnya memakai transportasi umum, sehingga jalan sekitar sini tidak ada deretan kendaraan padat merayap dan membawa polusi, diimbangi dengan fasilltas transportasi publik yang sangat luas dan nyaman sehingga Kumpulan jejak kaki manusia dibawah tanah dan diatas tanah sangat tertib dan tidak kelihatan padat dan saling bertubrukan saking masyarakatnya menerapkan aturan dan ketentuan yang ada.

Baik, aku Kembali lagi ke migran, dalam perjalanan aku menyusuri stasiun ini, aku masuk ke salah satu fasilitas umum didalam stasiun Taipei yakni bernama “Main Station” nah, tiba-tiba orang yang mengantarkanku menyebutnya “Aula Taipei” aku bertanya-tanya kenapa aula? Lantas yang mengantarkanku menjelaskan kenapa disebut aula, karena Main Station cukup besar dan luas dan terbuka namun indoor, disni bisa untuk duduk lesehan dengan kapasitas ratusan bahkan ribuan orang bisa duduk disana dan kanan kirinya dihiasi dengan dinding-dinding bersih dan nyaman. 

Di tempat ini yang notabene disebut aula oleh para WNI di Taiwan ternyata tempat berkumpulnya para pekerja migran Indonesia, jadi setiap hari sabtu dan minggu tempat ini sangatlah padat dan berisikan wajah-wajah jawa, sunda, lampung dan lain-lain alias wajah Indonesia murni. 

Kali pertama dihari weekend melihat langsung betapa padatnya aula tersebut yang dipenuhi oleh wajah migran asal Indonesia nyaris tidak ada selain wajah Indoneisa, aku mencoba untuk melakukan komunikasi secara langsung dengan salah satu migran yang ada disana, aku mencoba basa-basi telebih dahulu pada mbak-mbak yang akua jak ngobrol, fulan (mbaknya) asalnya dari Batang Jawa Tengah, aku tanya bekerja dimana, sudah berapa lama, dan berapa sering ke tempat aula ini, dan mbaknya menjawab bahwa dia sudah memasuki 5 tahun kerja sebagai PRT (Pembantu rumah tangga), karena dia libur setiap minggu satu hari saja, kerap kali dia mengunjungi aula ini untuk sekedar bertemu dan janjian dengan para teman-temanya (asal Indo/daerahnya).

Sepengamatanku secara langsung ditempat ini ialah bukan hanya tempat silaturahim antar teman, saudara, kerabat, untuk bertemu ngobrol cerita ngalor ngidul, tetapi tempat aula ini juga sebagai tempat awal perjumpaan para migran dalam memulai first love’nya, apalagi disekitar aula tersebut ada fasilitas publik juga yang bernama alun-alun mini ditengahnya ada kereta sebagai spot foto menarik tempat ini juga linier dengan aula sebagai tempat merajut silaturahim para migran yang berada di Taiwan untuk bernostalgia bersama.

Tempat ini kerap kali digunakan sebagai medan pembagian ta’jil Ramadan yang diselenggarakan oleh PCINU Taiwan, medan penggalangan dana kemanusiaan yang diselenggarakan oleh NU Care Lazisnu. Setelah aku mendapatkan cukup informasi dan melihat secara langsung aku bergegas kembali ke Kantor Sekretariat PCINU untuk istirahat dan melanjutkan khidmat dakwah NU mendunia dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

Oleh: Fani Ruusul Masail (Dai Internasional LD PBNU di Taiwan)

Media Sosial

Terpopuler

Artikel terkait

Lembaga Dakwah PBNU Ingatkan Etika Dakwah, Dakwah Itu Mengajak, Bukan Mengejek

KH. Nurul Badruttamam mengingatkan bahwa ceramah, baik yang disampaikan langsung maupun melalui platform media sosial, harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dalam menyampaikan materi dakwah, penting untuk tidak terjebak dalam reaksi spontan yang dapat merugikan citra diri atau lembaga. Fokuslah pada materi yang telah disiapkan sebelumnya dan hindari pengaruh emosi atau masalah pribadi.