Cahaya Dari Timur Hualien I Cerita Dai Internasional Taiwan

Perjalanan pertama kali saya keluar dari zona Taipei setelah seminggu hanya berputar-putar mengisi jadwal ramadan melalui darat maupun on air di pusat kota Taipei mulai dari kantor PCINU, KDEI (Kantor Dagang Ekonomi Indonesia), dan kampus, barulah tgl 23 Maret tepatnya pukul 14.05 waktu Taiwan, kereta Puyuma dari stasiun Taipei membawa saya dan komandan Susilo Kasat Banser PCINU Taiwan berangkat menuju Hualien daerah di ujung paling timur Taiwan untuk menyapa, ngaji dan silaturahmi dengan saudara-saudara muslim disana yang tergabung dalam ranting PCINU Hualien, perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai ke lokasi.

Perjalanan 2 jam terasa sangat singkat, sebab sepanjang jalan banyak disuguhi oleh pemandangan alam yang indah seperti pantai, tebing-tebing, dan sawah-sawahan, ndan Susilo begitu biasa saya dan sahabat-sahabat Banser memanggilnya, beliau melempar cerita dipersetengah jalannya kereta hingga saya sekejap tertidur dalam hitungan beberapa menit lalu saya bangun lagi sembari buka hp mengabadikan pemandangan alam.

Kereta Puyuma tiba sesuai jadwal di Stasiun Hualien tepat pukul 16.18 waktu Taiwan, kereta ini merupakan kereta di bawah klaseter cepat dengan fasilitas yang nyaman, bersih, bahkan kursinya cukup luas berbeda dengan kereta-kereta yang ada di Indonesia cenderung depan kursi sempit, interior kursinya datar dan lainnya, di negara Formosa ini hampir nyari semua serba bersih nyaman dan berbasis teknologi, belum berbicara culture etos kerja dll, Saya langsung teringatkan oleh ayat innallaaha laa yughayyiru maa biqaumin hattaa yughayyiruu maa bi anfusihim, memang betul bahwa membangun peradaban harus dimulai dari diri sendiri dan secara kolektif untuk sampai pada titik kemajuan yang membawa kemaslahatan umat.

Tiba di Stasiun Hualien pukul 16.18 WITA, serasa seperti istimewa dan agak tidak menyangka sih sebenarnya sebab angka muslim di Hualien tergolong cukup sedikit dibanding dengan daerah lainnya, tapi ternyata seketika keluar pintu exit pikiranku sedikit banyak terbantahkan oleh rombongan Banser penjemput saya dan ndan Susilo sudah siap siaga menjemput lalu langsung bergegas menyalami dan mengambil barang kami, seperti biasa ada protokeler yang saya dan teman” banser lakukan sebelum masuk mobil dan jalan, kami berfoto bersama terlebih dahulu di depan stasiun lalu dilanjut menaiki mobil bersama mas Kholis ketua Ranting menuju Kantor Ranting Ranting PCINU Hualien, perjalanan terasa tidak terasa karena sembari mendengarkan cerita pengenalan awal tentang Hualien.

Jam tangan hitam saya terlirik oleh mata tepat pukul 16.32 WITA sampai di Lokasi. Kemudian Saya dan ndan Susilo masuk kedalam sudah disuguhkan banyak sekali varian makanan untuk iftar dan semuanya khas masakan Indonesia, begitu saya duduk, mulailah saya bertanya tentang Hualien, kantor ranting ini dan seterusnya, Mas Kholis panggilannya, beliau ketua ranting PCINU Hualien memulai dengan mengenalkan beberapa pengurusnya dan sahabat” banser yang mengawal kami, tiba saatnya yang beliau kenalkan adalah pak Seger, ia senior dan sekaligus sesepuh di Hualien, ia mulai bekerja di Taiwan.

Sejak tahun 1998 sudah berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lainnya, banyak kalam teruntai dari lisannya sehingga saya juga seolah mendapatkan charger dan semakin menancapkan syair dari seorang ulama Syarifudin Yahya Al’imriti “idzil fatta hasban tiqodihi rufi wakullu man lam yantaqid lam yantaifi’i”.

Pak’e panggilannya (Pak Seger) beliau menaruh perhatian mendalam akan kebutuhan dai di Hualien terutama untuk Masjid Al Falah Ranting PCINU Taiwan, pak’e mulai menjelaskan terlebih dahulu tentang tempat yang saya duduki ini, jadi Kantor Sekretariat Ranting PCINU Hualien ini status menyewa, bangunan ini mempunyai 4 lantai, lantai 1 untuk dapur dan aula sedang tempat kongkow pengurus dan anggota ranting, lantai 2 Masjid Al Falah, lantai 3 dan 4 kamar. 

Kegiatan di Masjid ini cukup aktif setiap malam jum’at kegiatan yasinan dan tahlilan, hari jum’at melaksanakan jama’ah sholat jum’at hanya saja memang belum ada kegiatan rutinan ngaji atau mauidhoh- mauidhoh darat maupun on air, maka dipandang butuh sekali asupan dan pendekatan-pendekatan agama yang ramah di masjid ini, jumlah muslim di Hualien kurang lebih 500’an terdiri dari PMI, mahasiswa Indonesia, dan beberapa dari Bangladesh, setiap malam jum’at dan jumatan kurang lebih puluhan muslim berkumpul di Masjid Al Falah ini. Tak terasa tiba waktu magrib, Pak’e menyampaikannya dengan lanyah sesekali melempar guyonan khas jawa timurannya sambil nyeruput kopi dan ta’jil iftharnya.

Setelah menikmati ta’jil ifthor saya dan jama’ah melaksanakan sholat maghrib, selesai magriban tanpa banyak kalam lagi saya dan yang lainnya langsung menyantap sajian berat ifthar yang semuanya masakan khas Indonesia, selesai santap ifthar, dilanjut dengan ramah tamah dengan obrolan-obrolan ringan, tidak terasa sudah masuk waktu isya lanjut lah kamu bergegas melaksanakan sholat isya dan tarawih berjamaah, sebelum witir saya memberikan kultum tentang kajian keagamaan tentang pentingnya ibadah yang berdimensi horizontal maupun vertikal, yakni hubungan dengan Allah dan manusia, juga saya menyampaikan pentingnya menjadi golongan yang dirindukan surganya Allah, selepas kultum dilanjut dengan sholat witir dan do’a.

Dinginnya Hualien malam itu mulai menyelimuti badan, namun dengan seduhan kopi buatan sahabat-sahabat banser mulai menghangatkan tubuh saya sambil berdiskusi seputar kondisi dan perkembangan banser di Taiwan khususnya di daerah Hualien, saya diminta menyampaikan motivasi singkat untuk para sahabat-sahabat banser. 

Saya menyampaikan akan pentingnya menunaikan etos kerja sebagai tujuan utama sahabat” di Taiwan kerja mencari nafkah, kedua akan pentingnya khidmat gondolan sarung dan tangan para ulama-ulama kita dengan berjama’ah dan mengawal kegiatan keagamaan NU supaya berjalan dengan baik walaupun minoritas tetapi kebersamaan harus senantiasa dipupuk terus. Karena saking asyiknya Sharing dan diskusi dengan sahabat-sahabat banser, tak terasa jam dinding diatas tempat banner Ranting NU Hualien sudah menunjukan pukul 00.15 WITA, saya izin pamit naik ke lantai 3 untuk sejenak meluruskan badan dan istirahat.

Tiba waktu sahur -+ pukul 03.30’an, saya dibangunkan oleh mas Kholis untuk menunaikan santap sahur, saya bergegas wudhu dan menyantap sajian sahur yang saya anggap spesial karena didepan mata saya ada masakan bebek yang ternyata sangat nikmat sampai perut tak merasakan kenyang sehingga satu centong susulan saya lahap kembali, seloroh mas Joko penunggu masjid melempar joki guyonnya: lek pak’e yang masak poko’e nikmat, alhamdulillah….

Selesai sahur dilanjut sholat subuh berjamaah
Wiridan doa, selepas subuh saya mencoba merehatkan badan lagi, dan jam 07.30 saya dibangunkan oleh mas Kholis untuk siap-siap karena akan diajak tadabur alam ke Tarokan, saya dan rombongan berdelapan berangkat dengan tour guide mas pamungkas sekaligus dia juga sebagai fotografer tunggal, dia PMI dan sudah fasih berbahasa mandarin, jarak tempuh dari tempat awal ke lokasi sekitar 45 menit, dalam perjalanan awal saya disuguhkan pemandangan rumah hunian warga Hualien yang cukup sederhana bersih tertata. 

Kemudian setelah melewati hunian ada pabrik, kampus, dan tibalah saatnya saya disuguhkan oleh pemandangan alam yang sangat eksotik berupa tebing-tebing tinggi menjulang dengan pahatan indah dibalut warna marmer kanan kiri jalan membius saya dan rombongan dan berucap subhanallah, langsung hati dan fikiran saya teringat ayat Allah, Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia (yang terdekat) dengan hiasan.”

Taroko Park Hualien ternyata salah satu destinasi wisata unggulan di Taiwan banyak wisatawan lokal dan asing ikut menikmati indahnya alam. Saya susah menggambarkan dengan kata-kata saking indahnya balutan intervensi Allah dan kekuatan SDM manusia. Saya dan rombongan mengunjungi beberapa destinasi di Taroko mulai dari kuil, terowongan tebing, taman, hingga jembatan indah di tengah tebing-tebing, sekali lagi saya berucap subhanallah sambil terus berswafoto.

Tadabur alam pagi sampai pukul 11.30 WITA sudah memberikan pengalaman berharga saya selama di Hualien, akhirnya saya tiba di kantor ranting kembali persis 10 menitan lagi waktu dzuhur. Saya masih ada jadwal mengisi ngaji sebelum ifthar sekitar 30 menitan dan alhamdulilah saya dapat sharing tentang kajian puasa dan nasehat” imam nawawi dalam kitab nashoihul ibad tentang kehidupan dengan puluhan jamaah dari unsur PMI, mahasiswa dan beberapa ada dari Bangladesh. 

Selesainya saya mengisi kajian berbuka bersama, magriban dan bergegas ke stasiun sebab tiket saya dan ndan susilo pukul 19.30, kereta mengantarkanku ke stasiun Lodong, mengapa tidak langsung ke Taipei sebab kebetulan tiket kereta arah Taipei kehabisan sehingga saya harus transit di Lodong dan dilanjut mengendarai bus dari terminal Lodong menuju Taipei.

Total durasi perjalanan 2 jam an dengan melewati tol dan terowongan gunung sejauh 13 Km, saya sampai Taipei tepat pukul 21.50 WITA dalam kondisi selamat dan lancar alhamdulillah. Semoga perjalanan safari ke Hualien memberikan impact positif dan senantiasa dihiasi keberkahan dari Allah Swt. Amin
See U next time Hualien ujung timur Taiwan.

Oleh: Fani Ruusul Masail (Dai Internasional Taiwan)

Media Sosial

Terpopuler

Artikel terkait

Lembaga Dakwah PBNU Ingatkan Etika Dakwah, Dakwah Itu Mengajak, Bukan Mengejek

KH. Nurul Badruttamam mengingatkan bahwa ceramah, baik yang disampaikan langsung maupun melalui platform media sosial, harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dalam menyampaikan materi dakwah, penting untuk tidak terjebak dalam reaksi spontan yang dapat merugikan citra diri atau lembaga. Fokuslah pada materi yang telah disiapkan sebelumnya dan hindari pengaruh emosi atau masalah pribadi.