BULAN RAJAB, BULAN BERKAH

Oleh: Ihrom, M.S.I.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزَّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهٗ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ وَاللَّيَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الْأَجْرُ وَالْحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهٗ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو اْلجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ رَسولُهُ، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلٰى آلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الْإِخْوَانَ، أُوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُـوْلَهٗ  فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا، وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهٖ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.صَدَقَ اللهُ الْعَظِيمُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan.   

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Sebagian ulama mengatakan bahwa berkah adalah ziyâdaatul khair, artinyabertambahnya kebaikan. Kebaikan yang dimaksud tentu bukan kenikmatan duniawi, melainkan tingkat kesadaran kita kepada Allah, taqarrub ilallah, kedekatan kita kepada Allah.

keberkahan tidak hanya terkait dengan banyak atau sedikitnya harta yang dimiliki. Orang kaya bisa jadi tidak mendapat keberkahan hidup ketika harta yang dimiliki justru membuatnya merasa perlu dihormati, merendahkan orang miskin dan tidak mampu, berfoya-foya, atau melakukan maksiat. Sebaliknya, kemiskinan bisa jadi mendatangkan keberkahan hidup ketika kemiskinan itu melatihnya bersabar, tetap mensyukuri nikmat, atau selalu bersikap baik kepada sesamanya.

Begitu juga dengan tempat, tempat yang berkah tidak selalu harus subur, sejuk, atau pemandangannya indah. Buktinya Allah memberi keistimewaan atau keberkahan kepada tanah Makkah yang gersang, panas, jauh dari penghijauan. Sama halnya dengan waktu. Waktu yang berkah belum tentu saat-saat hari raya. Tetapi keberkahan waktu itu datang manakala segenap peristiwa di dalamnya membuat kita semakin dekat dengan Allah, semakin cinta kepada Allah, atau semakin taat kepada Allah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kaitannya dengan keberkahan, Rasulullah SAW. memberi  teladan kepada umatnya untuk memanjatkan doa ketika memasuki bulan Rajab, sampai nanti ketemu bulan Ramadhan:

اَللّٰهُـمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya “Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”

Rajab adalah satu dari empat bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan, di luar bulan Ramadhan. Saat tiba waktu Rajab, yang Rasulullah minta dalam doanya adalah keberkahan bulan Rajab, lalu keberkahan bulan Sya’ban, hingga Rasul dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan, hanya dipertemukan saja, itu sudah nikmat yang sangat agung, apalagi bisa mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah dan ketaatan. .

Ketika Rajab tiba, Rasulullah tidak memohon kesehatan, kekayaan, atau kenikmatan duniawi semata. Rasulullah berdoa agar dilimpahi keberkahan hidup di bulan Rajab dan bulan Sya’ban seiring dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Secara tersurat, doa ini adalah permohonan panjang umur. Tentu saja bukan sekadar umur panjang, tetapi umur yang bermanfaat dan umur yang mashlahah untuk taqarrub ilallah, atau mendekatkan diri kepada Allah.

Jadi, inti dari keberkahan adalah peningkatan taqarrub kita kepada Allah, sehingga kepribadian dan karakter kita senantiasa diliputi oleh sifat-sifat yang mencerminkan perintah Allah: misalnya bersikap jujur, bersikap adil, bersikap tawadhu’, peduli sesama, penyayang, tidak gemar menggunjing atau menghakimi orang lain.

Oleh karenanya, doa ini sangat disunnahkan untuk selalu dibaca oleh umat Islam sejak bulan Rajab tiba, sampai datang dan bertemu dengan bulan suci Ramadhan.  

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Pertanyaannya, Apakah kita tidak dibolehkan untuk berdoa memohon harta atau kesehatan di bulan Rajab ini? Atau bulan Sya’ban besok? Tentu saja diperbolehkan. Hanya saja, yang lebih dan amat penting dari kekayaan dan kesehatan adalah keberkahan, yakni suatu kondisi yang mampu menambah ketaatan, kecintaan dan kedekatan kita kepada Allah.

Rasulullah sendiri pernah mendoakan sahabatnya, Anas dengan ungkapan:

اَللّٰهُـمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ، وَوَلَدَهُ، وَبَارِكَ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ

Artinya: “Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya serta berkahilah karunia yang Engkau berikan kepadanya.”

Berkah di doa ini merupakan kunci dari segenap nikmat lahiriah dari Allah. Dengan keberkahan seseorang tidak hanya kaya harta tapi juga kaya hati: merasa cukup, bisa bersyukur, tidak hanya mementingkan kuantitas anak, tapi juga kualitas anak yang shalih, cerdas, dan berakhlak mulia.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Jadi jelas, bahwa bulan Rajab menjadi berkah manakala ada kemajuan dalam diri setiap individu kita terkait kedekatan kita, kecintaan kita dan ketaatan kita kepada Allah. Ketika keberkahan itu datang, secara otomatis kualitas kepribadian kita menjadi meningkat dalam segala kondisi, baik dalam kondisi sulit maupun lapang, kondisi sehat maupun sakit.

Memohon Keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban ini penting untuk kita mohonkan setiap hari mengingat kita akan menyambut bulan suci Ramadhan, bulan yang jauh lebih mulia dan berlimpah keutamaan. Sebagai hamba yang lemah, kita cuma bisa memohon, Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa diberkahi, senantiasa diberi petunjuk, dan dipanjangkan umurnya hingga bisa menjumpai bulan suci Ramadhan. Aamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Media Sosial

Terpopuler

Artikel terkait

Lembaga Dakwah PBNU Ingatkan Etika Dakwah, Dakwah Itu Mengajak, Bukan Mengejek

KH. Nurul Badruttamam mengingatkan bahwa ceramah, baik yang disampaikan langsung maupun melalui platform media sosial, harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dalam menyampaikan materi dakwah, penting untuk tidak terjebak dalam reaksi spontan yang dapat merugikan citra diri atau lembaga. Fokuslah pada materi yang telah disiapkan sebelumnya dan hindari pengaruh emosi atau masalah pribadi.